Yen bergerak di kisaran level tertinggi dua-bulan terhadap euro dan dollar di awal perdagangan hari Selasa, mendapat tenaga dari aksi jual aset beresiko yang memaksa para investor untuk melindungi posisi bearish di mata uang Jepang tersebut.
Data AS yang mengecewakan memperlihatkan bahwa aktivitas manufaktur melambat cukup signifikan di bulan lalu. Hal ini juga turut memicu kekhawatiran pasar akan melemahnya pasar negara berkembang.
Data AS yang mengecewakan memperlihatkan bahwa aktivitas manufaktur melambat cukup signifikan di bulan lalu. Hal ini juga turut memicu kekhawatiran pasar akan melemahnya pasar negara berkembang.
“Data ISM manufaktur yang buruk memperbesar ketakutan akan pertumbuhan ekonomi dan menyeret perhatian pada non-farm payrolls yang akan dirilis akhir pekan ini,” demikian menurut analis di JPMorgan dalam catatannya kepada klien.
Seiring melemahnya indeks sahan acuan Wall Street melebihi 2 persen, dollar sempat tergelincir ke kisaran 100.77 yen, sementara euro tertekan ke 136.37 yen. Kedua mata uang tersebut menyentuh level terendah sejak November lalu.Sementara itu sterling jatuh sejauh 1,8 persen terhadap yen ke kisaran 164.26, melemah lebih jauh akibat aksi profit-taking setelah survey menunjukkan bahwa aktivitas industri Inggris sedikit melemah di bulan Januari.
Bulan lalu, pound sempat terbang ke level tertinggi lima tahun terhadap yen. Mata uang tersebut juga sempat menyentuh level tertinggi dua-setengah tahung terhadap US dollar, dibantu oleh optimisme bahwa perekonomian Inggris akan pulih.
Dollar Australia terkoreksi dari level tertinggi dua-minggu. Pergerakan mata uang ini selanjutnya akan dipengaruhi oleh keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA) yang akan diumumkan pukul 10.30 WIB nanti. Menurut polling yang diadakan oleh Reuters, para analis memperkirakan tidak akan ada perubahan suku bunga dari level 2,5 persen meskipun ada juga yang memperkirakan pemangkasan suku bunga.
0 comments:
Post a Comment