Perdagangan fisik. Pada prinsipnya sistem perdagangan ini adalah cash and carry atau spot trading, yaitu investor menukarkan mata uang yang bertindak sebagai uang dengan mata uang yang bertindak sebagai barang. Perdagangan ini laiknya perdagangan di pasar, yaitu seseorang membeli barang mata uang tertentu pada harga pasar. Contoh sistem perdagangan ini adalah money changer atau money broker dan bank devisa.
Contoh:
Harga pasar: USD 1 = Rp. 8.000,-
Beli: USD 100,000
Dibutuhkan dana: Rp. 800.000.000 (Rp. 8.000 x USD 100,000)
Ketika harga pasar USD 1 = Rp. 9.000
Jual : USD 100,000
Diperoleh hasil : Rp. 900.000.000 (Rp. 9.000 x USD100,000)
Keuntungan : Rp. 100.000.000 (Rp. 900.000.000 - Rp. 800.000.000)
Return if Return : 12,5% (Rp. 100,000,000/Rp. 800,000,000 x 100%)
Margin Trading. Pada prinsipnya perdagangan forex dengan sistem margin adalah pertukaran atau perdagangan mata uang dengan mata uang lainnya dalam satuan kontrak dengan jaminan atas transaksi (necessary margin). Artinya, perdagangan ini tidak melibatkan fisik dari mata uang, melainkan hanya nilainya saja (akan dibahas lebih rinci di belakang). Dengan demikian, investor tidak perlu menyetor modal sebesar nilai fisik transaksinya.
Contoh:
Harga pasar GBP 1 = USD1.8850
Beli: USD 10,000 (1 lot)
Nilai transaksi: USD 18,850 (USD 10,000 x GPB 1.8850)
Initial margin: 1 %
Dibutuhkan dana: USD 100 (1%x USD 10,000)
Ketika harga pasar GPB 1 = USD 1.8950
Jual: USD10,000 (1 lot)
Diperoleh hasil: USD 18.950 (USD 10,000 x GPB 1.8950)
Keuntungan: USD 100 (USD 18.950 - USD 18.850)
Rate of Return: 100% (USD 100/USD 100 x 100%)
Perhatikan, untuk bertransaksi 1 lot cukup dengan dana USD 100, (bukan USD 10,000) dengan nilai kontrak USD 10,000 atau USD 1,000 dengan nilai kontrak 100.000 sebagai jaminan transaksi. Dengan sistem perdagangan margin ini investor bisa mendapat tingkat pengembalian yang jauh lebih besar. Dalam kasus kita di atas mencapai 100%. Sementara jika perdagangan di lakukan dengan sistem fisik, tingkat pengembalian ini hanya 10% (USD 100/USD 10,000 x 100%)
MARGIN TRADING Kita sudah panjang lebar menggunakan kata margin dalam perdagangan forex. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan margin-Iengkapnya perdagangan forex dengan sistem margin?
Definisi dan Pengertian Margin Trading
Dalam dunia forex margin trading merupakan bagian yang sangat penting dan harus wajib dipahami setiap investor. Bisa dianggap margin merupakan darah kehidupan (life blood). Di pasar saham, margin merupakan fasilitas yang diberikan perusahaan pialang saham kepada investor. Dikatakan fasilitas, karena memang perusahaan pialang saham memberikan semacam pinjaman kepada investor. Namun, pinjaman ini tidak harus dikembalikan secara terjadwal, sebagaimana pinjaman dari bank. Investor baru mengembalikan bila berhasil menjual saham yang dibelinya dengan harga yang lebih tinggi dari harga belinya. Atau sebaliknya, berhasil melikuidasi posisi jualnya (short selling), dengan membeli dengan harga lebih rendah dari harga jual. Sebagai imbalan atas fasilitas yang disediakan perusahaan pialang berjangka itu, investor harus membayar bunga pinjaman dan fee.
Di pasar forex, margin bukan merupakan fasilitas yang diberikan perusahaan pialang berjangka. Artinya, perusahaan pialang berjangka tidak perlu "menalangi" kebutuhan dana investor yang melebihi dana yang dimilikinya untuk berinvestasi. Konsep yang berbeda ini disebabkan pada perdagangan forex atau umumnya future market tidak memerlukan penyerahan (non -delivery) barang yang menjadi subjeknya misalnya saham. Margin dalam perdagangan forex merupakan uang jaminan yang disetorkan investor kepada perusahaan pialang berjangka, agar investor bisa melakukan transaksi melalui perusahaan pialang berjangka tersebut.
Harga pasar GBP 1 = USD 1.8850
Beli: USD 10,000 (1 lot)
Nilai transaksi : Rp. USD 18,850 (USD 10,000 x GBP 1.8850)
Initial margin : 1%
Dibutuhkan dana : USD 100 (1 % x USD 10,000)
Ketika harga pasar GBP 1 = USD1,8950
Jual: USD 10,000 (1 lot)
Diperoleh hasil: USD 18,950 (USD 10,000 x GBP 1.8950)
Keuntungan : USD 100 (USD 18,950 - USD 18,850)
Rate of Return: 100% (USD 100/USD 100 x 100%)
Di sini kita melihat investor melakukan open position dengan membeli 1 lot GBP (USD 10,000) dimana harga GBP adalah USD 1,8850. Dengan demikian, dana yang dibutuhkan adalah USD 18,850, atau investor harus menyetor dana sebesar itu sebagai modal transaksi 1 lot GBP. Tapi, karena perdagangan dilakukan dengan sistem margin, dan margin yang ditetapkan adalah 1% dari nilai kontrak, maka investor cukup menyetor modal USD 100 (1% x USD 10,000). Lalu dari mana dana yang USD 9,900? Karena dalam future trading tidak ada penyerahan maka tidak diperlukan kekurangan dana tersebut. Jadi untuk membeli GBP senilai USD 10,000 itu, investor cukup menyediakan dana USD 100. Sedang dalam perdagangan saham, untuk bisa bertransaksi saham senilai USD 100,000, investor harus menyetor margin USD 50,000. Kekurangannya USD 50,000 akan dipinjam dari perusahaan pialang saham.
Dalam UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, margin didefinisikan sebagai sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan nasabah kepada pialang berjangka, pialang berjangka kepada anggota kliring berjangka, atau anggota kliring berjangka kepada lembaga kliring berjangka, untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka. Margin disetorkan untuk setiap amanat nasabah yang ditempatkan kepada pialang berjangka. Hal itu bertujuan sebagai jaminan pelaksanaan transaksi kontrak berjangka yang dibuat berdasarkan amanat tadi.
Jenis-Jenis Margin
Meskipun dikatakan margin merupakan dana yang harus disetor oleh investor, namun jumlah setoran tersebut berbeda-beda untuk setiap jenis margin. Kalau begitu, ada banyak jenis margin? Memang demikianlah adanya. Berikut akan dibahas satu per satu jenis-jenis margin tersebut.
Initial margin/original margin. Dalam bahasa Indonesia initial margin biasa disebut margin awal, yaitu sejumlah uang yang disetor oleh investor pada saat pembukaan account. Jumlahnya sesuai kesepakatan awal yang dibuat antara investor dengan pialang berjangka, biasanya dinyatakan dalam persentase dari nilai kontrak. Dalam commodity future lazimnya initial margin ditetapkan berkisar 5 - 10% dari nilai kontrak. Besamya margin berbeda-beda sesuai dengan nilai kontrak, waktu, dan gejolak harga yang terjadi. Dalam perdagangan forex initial margin ditetapkan 1 % dari nilai kontrak. Jadi lebih kecil dari initial margin pada perdagangan komoditi berjangka. Karena dalam perdagangan forex nilai kontrak ada dua, yaitu size besar USD 100,000 dan size kecil 10,000 maka besar nilai initial margin pada perdagangan forex adalah USD 1,000 (Rp. 10.000.000) atau USD 100 (Rp. 1.000.000), jika kurs rupiah ditetapkan Rp. 10.000 per dollar AS.
Variation margin. Dalam bahasa Indonesia istilah yang digunakan adalah margin sela, yaitu merupakan tambahan margin yang disetor karena besaran margin selanjutnya telah berada dibawah besaran margin awal, sebagai akibat pergerakan harga yang berlawanan dengan yang diperkirakan semula.
Maintenance margin. Istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah margin minimum. Margin ini merupakan besaran nilai yang harus dijaga atau dipelihara oleh investor dalam melakukan transaksi. Umumnya margin minimum ini ditetapkan sekitar 75% - 80 % dari margin awal.
Margin Call. Jenis margin ini mirip dengan margin sela, yaitu Jumlah dana yang harus disetor kembali oleh investor. Hanya saja, dalam margin call setoran dana harus dilakukan jika dana yang outstanding sudah berada di bawah maintenance margin, bukan initial margin. Jika investor mendapat margin call berarti investor harus menambah dananya sampai ke level initial margin, kalau tidak dilakukan, posisinya akan ditutup oleh perusahaan pialang.
Perhitungan Transaksi Margin Trading
Meskipun margin memudahkan investor melakukan investasi, bukan berarti kemudahan itu merupakan keuntungan bagi investor. Artinya, kalau investor telah melakukan perdagangan dengan sistern margin pasti akan mendapat keuntungan. Ingat, margin trading merupakan cara perusahaan pialang berjangka untuk memperluas nasabahnya. Di sisi lain, bila investor memanfaatkan margin trading, berarti investor telah memutuskan melakukan investasi. Dengan investasi itu sudah melekat risiko yang harus ditanggungnya. Bahkan dalam literatur investasi, margin trading merupakan salah satu strategi investasi yang cenderung mendekati spekulasi. Sebab, jika terjadi kerugian investasi dengan sistem margin ini akan menciptakan nilai yang lebih besar dari investasi dengan sistem fisik/cash trading. Untuk itu, agar bisa memanfaatkan margin trading secara menguntungkan, diperlukan teknik perhitungan yang cukup rumit.
Untuk menjelaskan perhitungan itu, baiklah kita lanjutkan saja contoh yang sudah kita miliki itu dengan menambah data berikut:
1. Sehari kemudian GBP meningkat harganya menjadi USD 1.8950 dan investor menjual (berarti overnight/menginap)
2. Perusahaan pialang berjangka mengenakan fee USD5 per lot, untuk transaksi open buy saja
3. Bunga untuk GBP dengan posisi open buy adalah Rp. 5.612 per hari
Apa yang terjadi? Kini aset investor menjadi USD 18,950 (USD 10,000 x USD 1.8950). Namun, transaksi dengan margin trading menghasilkan keuntungan dan kerugian yang berbeda dengan transaksi cash trading. Pada transaksi margin trading keuntungan bersih yang diterima investor adalah USD 89,44, Sedang dengan sistem cash trading USD 100. Mana yang harus dipilih. Transaksi margin atau transaksi cash?
Hati-hati! Kalau kita memperhatikan nilai absolutnya, tentu kita akan menyarankan investor agar memilih transaksi cash, sebab nilai keuntungannya lebih besar. Tetapi ingat! Untuk menghasilkan keuntungan USD 100 dengan sistem transaksi cash itu, investor harus menanamkan uangnya sejumlah USD 18,850. Sebaliknya, untuk mendapatkan keuntungan USD 94,44 dengan sistem perdagangan margin, investor cukup menanamkan uang USD 100. Di sinilah pentingnya memahami ilmu keuangan.
Dalam teori keuangan terdapat indikator penting yang disebut rate of return on equity (ROE), yaitu seberapa besar pengembalian yang didapat dengan penanaman modal tertentu, yang dirumuskan sebagai keuntungan bersih dibagi modal. Dalam contoh kita, dengan margin trading investor akan mendapatkan ROE 94,44%, sedang dengan cash trading hanya mendapat ROE 0.53%. Jadi ROE margin trading lebih besar dari ROE cash trading, dengan demikian sangat menguntungkan kalau investor memilih transaksi dengan margin trading.
Bagaimanakah kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh investor? Kondisi demikian akan menguntungkan kalau investor mengetahui nilai tukar mata uang yang dibelinya akan menguat, dan peningkatan itu nilainya bisa menutup seluruh biaya, yang terdiri dari: fee, bunga dan pajak.
Apa yang terjadi, seandainya temyata nilai tukar GBP tidak menguat terhadap USD, sebaliknya malah melemah? Apakah masih menguntungkan melakukan transaksi dengan sistem margin trading? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita lanjutkan lagi contoh kita di atas.
Misalnya, setelah posisi beli diambil temyata GBP turun menjadi USD 1.8800. Dan setelah ditunggu satu hari (overnight), temyata GBP tetap saja di posisi itu. Dengan demikian kini aset investor tinggal USD 18,800. Bagaimana, dengan modal investor? Karena asetnya sudah menurun sebesar USD 50, maka modal investor tinggal USD 50 (USD 100 - USD 50). Bila seluruh biaya, fee dan bunga diperhitungkan, maka modal investor tinggal USD 44.44.
Apa yang terjadi dengan keadaan demikian? Bila investor ingin mempertahankan portfolionya, berarti investor harus menyetor modal lagi kepada perusahaan pialang berjangka, sebab perusahaan pialang berjangka memberikan fasilitas initial margin 1 % dari kontrak. Dengan demikian, dengan total nilai kontrak 1 lot (USD 10,000), maka modal investor harus USD 100. Karena modal yang tersisa tinggal USD 44,44, maka investor harus menyetor USD 55,56 (USD 100 - USD 44,44).
Kapan investor harus menyetor tambahan modal itu? Tergantung peraturan yang ada, dan juga ketentuan masing-masing perusahaan pialang berjangka. Ada perusahaan pialang berjangka yang mengirim tagihan tambahan modal (ini yang dimaksud ,margin call) setelah modal di bawah 30% dari initial margin. Ada pula perusahaan pialang yang baru mengirim tagihan tambahan modal setelah modal di bawah 25% dari initial margin. Dalam contoh kita, modal investor tinggal 44.44% (USD 44.44/USD 100 x 100%) dari initial margin untuk transaksi 1 lot. Jadi ada kemungkinan akan menerima surat tagihan tambahan modal atau terkena margin call, jika ketentuan perusahaan pialang tempatnya berinvestasi menetapkan margin call 50% dari nilai initial margin. Tapi jika margin call ditetapkan 30%, investor masih bisa mempertahankan posisinya, meskipun harus membayar bunga overnight. Namun, bila investor tidak bersedia lagi mempertahankan posisinya, dengan sendirinya perusahaan pialang berjangka akan melikuidasi posisi beli tersebut, yaitu menjual GBP milik investor.
Keputusan apa yang harus diambil investor? Memang tidak ada yang merencanakan investasi untuk mendapat kerugian, tetapi bila ini terjadi temyata yang melakukan transaksi dengan cash trading menderita kerugian lebih kecil, yaitu 0.27% dibanding yang melalui transaksi dengan margin trading, yang menderita kerugian 55.56%.
Jadi bila kondisi mata uang yang kita beli cenderung melemah, akan lebih aman melakukan transaksi dengan cash trading. Tapi ini tetap rugi. Jika tetap ingin mendapatkan keuntungan harus melakukan strategi short selling, mengambil posisi jual lebih dulu baru melikuidasinya dengan posisi beli.
Dalam posisi investor berpotensi merugi, seperti ditunjukkan kasus kedua di atas, ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan, yaitu perusahaan pialang berjangka melakukan margin call atau melikuidasi posisi investor. Jika yang kedua yang dilakukan, maka tamatlah riwayat posisi investor dan investor harus menanggung semua kerugian. Kerugian itu masih bisa dihindarkan jika investor memenuhi panggilan perusahaan pialang untuk menambah modal. Sebab, ada kemungkinan harga akan berbalik arah dan investor justru memetik keuntungan. Karena itu, sangat penting memperhatikan margin dan margin call dari perusahaan pialang.
Adapun manfaat dari margin dan margin call antara lain:
a. Margin memberikan investor kesempatan untuk mendapatkan leverage yang tinggi. Dengan initial margin yang hanya 1 % dari nilai kontrak yang sesungguhnya, memberikan peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan 100%.
b. Margin memberikan kepada investor fleksibilitas untuk memasuki posisi yang di dalam pasar tunai (cash trading) terlalu mahal Untuk bertransaksi di pasar saham, misalnya, seorang investor normalnya harus menyetor 100% modalnya untuk transaksi . Kalaupun mendapatkan fasilitas margin, maksimal hanya 50% dari kebutuhan modal. Dengan initial margin yang hanya 1%, investor forex online trading memiliki kesempatan untuk masuk posisi lebih mudah dan murah.
c. Bagi perusahaan pialang berjangka, maintenance margin dan margin call adalah faktor yang menentukan dalam memanajemen risiko. Karena investor akan diperingatkan, agar segera menyetor tambahan modal ketika posisinya berpotensi untuk merugi. Disamping itu, investor masih punya kesempatan meraih keuntungan, seandainya harga berbalik arah.
d. Margin call merupakan suatu panggilan untuk membangunkan investor agar bersikap realistis dalam bertransaksi, dan segera bertindak mengatur ulang posisi perdagangan mereka. Tanpa, mekanisme margin call, investor bisa lupa bahwa posisinya sedang dalam keadaan bahaya yang besar. Dengan demikian margin call berfungsi sebagai wake up call bagi investor, untuk segera bertindak mengambil keputusan yang cepat dan tegas, sehingga dapat mengurangi bahaya dari risiko yang sedang mengancam posisinya.
Strategi Margin Trading
Kita sudah sampai pada pembahasan mengenai bagaimana kita menghitung keuntungan atau kerugian dalam transaksi dengan sistem margin trading. Kali ini kita meningkat pada topik strategi menghadapi transaksi margin trading.
Dalam kasus posisi GBP menguat menjadi USD 1,8950, apa yang harus dilakukan investor? Melikuidasi? Menahan? Atau adakah keputusan lain? Dalam posisi demikian sebenarnya ada tiga strategi yang bisa diambil, yaitu :
1. Tidak mengambil keputusan apa-apa (hold/menahan).
2. Melikuidasi dan mengambil keuntungan bersih USD 95.
3. Melipatgandakan keuntungan dengan menginvestasikan kembali keuntungan yang diterima.
Jika investor mengambil keputusan pertama, berarti dia tidak mengubah portofolio. Keputusan demikian akan menghadapi dua kemungkinan. Pertama, GBP melemah dalam jangka waktu tertentu. Bila ini terjadi, investor bisa bertahan sampai harga mendekati USD1.8850 kembali, kemudian melakukan cut loss (memperkecil kerugian) sebelum merugi lebih besar. Sebenarnya investor masih bisa memetik keuntungan, jika berhasil melikuidasi pada harga tertentu-di atas USD 1.8850 (Jangan lupa perhitungkan fee, bunga dan pajak). Kemungkinan kedua, kurs GBP terus menguat. Kalau ini yang terjadi, investor bisa melakukan profit taking (memetik keun tungan) selama melakukan hold, dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan sebesar sesuai yang direncanakan.
Bila keputusan kedua yang diambil investor, berarti dia cukup puas dengan keuntungan USD 95 (tanpa menginap). Dengan keputusan ini investor menikmati ROE 95%. Keputusan ini cukup menguntungkan bila investor mempunyai cukup informasi bahwa GBP sulit untuk menguat lagi.
Bagaimana kalau investor mengambil keputusan ketiga? Keputusan ini memang bisa memperbesar keuntungan. Namun, sebagaimana kaidah investasi, semakin besar keuntungan semakin besas pula risiko yang harus dihadapi. Pemilihan keputusan menginvetasikan kembali keuntungan ini memang cocok bagi mereka yang, bersikap spekulan, atau risk taker. Strategi menginvestasikan kembali keuntungan memang berpotensi melipatgandakan keuntungan yang didapat. Strategi ini adalah menggunakan keuntungan yang diperoleh, untuk membeli lagi GBP atau mata uang lain.
Untuk memperjelas strategi ini, baiklah kita lanjutkan saja kasus yang dihadapi investor kita. Pada strategi ini berarti investor akan terus menginvestasikan keuntungannya. Pada saat awalnya, misalnya pada pukul 10.00 pagi, investor membeli 1 lot (USD 10,000) GBP, dengan harga USD 1,8850. Dengan demikian total aset investor adalah USD 18,850. Dengan margin trading 1%, berarti modal yang dibutuhkan USD 100.
Selanjutnya, pada pukul 13.00, harga GBP naik menjadi USD 1.8950. Pada posisi ini investor mengambil strategi menginvestasikan kembali keuntungannya, yaitu USD 95 (melikuidasi dengan menjual GBP, kemudian membeli kembali pada harga baru). Untuk memudahkan, hasil perdagangan ini kita sebut saja trade I. Laba dari trade I inilah yang digunakan untuk membeli GBP, yang sekarang harganya sudah USD 1,8950. Jadi investor menambah kepemilikan GBP sejumlah 1 lot lagi, menjadi 2 lot. Dengan demikian, total aset yang dimiliki investor sekarang adalah USD 37,900 (USD 20,000 x USD 1,8950).
Berikutnya, misalnya, pada pukul 15.00, kurs GBP meningkat lagi menjadi USD 1,9000. Apa yang terjadi jika investor tetap mempertahankan strategi menginvestasikan kembali keuntungannya?
Kali ini, dengan naiknya GBP sebesar USD 0.005 total aset meningkat menjadi USD 38,000. Jika investor melakukan likuidasi pada trade II ini keuntungan yang diterima investor adalah USD 100 (USD 38,000 - USD 37,900). Keuntungan pada trade II dinvestasikan kembali untuk membeli 1 lot GBP dengan harga USD 1.9000. Dengan demikian aset investor kini menjadi 3 lot (USD 30,000) dengan nilai USD 57,000 (USD 30,000 x 1.9000).
Misalnya, setelah ditunggu sampai penutupan pasar, kurs GBP ti¬dak naik. Tapi investor tetap menahan posisinya, sehingga harus menginap (overnight) dan dikenakan bunga 0.56%. Tapi pada pukul ll.00 hari berikutnya, investor mendapati kurs GBP naik menjadi USD 1,9050. Karena sudah mendapati GBP naik terus-menerus, investor kita berpendapat GBP akan segera melemah, dan me¬nurut hasil analisisnya memang menunjukkan demikian. Untuk mengantisipasi kondisi itu, investor melikuidasi posisinya dengan menjual seluruh 3 lot GBP pada trade III. Trade III ini memberi keuntungan USD150.
Dengan demikian, investor telah melipatgandakan modalnya dari USD 100 menjadi USD 443,32. Jadi, hanya dengan memulai investasi sebesar USD 100, investor bisa menjadikan jumlah uangnya menjadi 3 kali lipat lebih atau 300% lebih hanya dalam waktu 24 jam. Inilah hebatnya, strategi margin trading.
Contoh:
Harga pasar: USD 1 = Rp. 8.000,-
Beli: USD 100,000
Dibutuhkan dana: Rp. 800.000.000 (Rp. 8.000 x USD 100,000)
Ketika harga pasar USD 1 = Rp. 9.000
Jual : USD 100,000
Diperoleh hasil : Rp. 900.000.000 (Rp. 9.000 x USD100,000)
Keuntungan : Rp. 100.000.000 (Rp. 900.000.000 - Rp. 800.000.000)
Return if Return : 12,5% (Rp. 100,000,000/Rp. 800,000,000 x 100%)
Margin Trading. Pada prinsipnya perdagangan forex dengan sistem margin adalah pertukaran atau perdagangan mata uang dengan mata uang lainnya dalam satuan kontrak dengan jaminan atas transaksi (necessary margin). Artinya, perdagangan ini tidak melibatkan fisik dari mata uang, melainkan hanya nilainya saja (akan dibahas lebih rinci di belakang). Dengan demikian, investor tidak perlu menyetor modal sebesar nilai fisik transaksinya.
Contoh:
Harga pasar GBP 1 = USD1.8850
Beli: USD 10,000 (1 lot)
Nilai transaksi: USD 18,850 (USD 10,000 x GPB 1.8850)
Initial margin: 1 %
Dibutuhkan dana: USD 100 (1%x USD 10,000)
Ketika harga pasar GPB 1 = USD 1.8950
Jual: USD10,000 (1 lot)
Diperoleh hasil: USD 18.950 (USD 10,000 x GPB 1.8950)
Keuntungan: USD 100 (USD 18.950 - USD 18.850)
Rate of Return: 100% (USD 100/USD 100 x 100%)
Perhatikan, untuk bertransaksi 1 lot cukup dengan dana USD 100, (bukan USD 10,000) dengan nilai kontrak USD 10,000 atau USD 1,000 dengan nilai kontrak 100.000 sebagai jaminan transaksi. Dengan sistem perdagangan margin ini investor bisa mendapat tingkat pengembalian yang jauh lebih besar. Dalam kasus kita di atas mencapai 100%. Sementara jika perdagangan di lakukan dengan sistem fisik, tingkat pengembalian ini hanya 10% (USD 100/USD 10,000 x 100%)
MARGIN TRADING Kita sudah panjang lebar menggunakan kata margin dalam perdagangan forex. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan margin-Iengkapnya perdagangan forex dengan sistem margin?
Definisi dan Pengertian Margin Trading
Dalam dunia forex margin trading merupakan bagian yang sangat penting dan harus wajib dipahami setiap investor. Bisa dianggap margin merupakan darah kehidupan (life blood). Di pasar saham, margin merupakan fasilitas yang diberikan perusahaan pialang saham kepada investor. Dikatakan fasilitas, karena memang perusahaan pialang saham memberikan semacam pinjaman kepada investor. Namun, pinjaman ini tidak harus dikembalikan secara terjadwal, sebagaimana pinjaman dari bank. Investor baru mengembalikan bila berhasil menjual saham yang dibelinya dengan harga yang lebih tinggi dari harga belinya. Atau sebaliknya, berhasil melikuidasi posisi jualnya (short selling), dengan membeli dengan harga lebih rendah dari harga jual. Sebagai imbalan atas fasilitas yang disediakan perusahaan pialang berjangka itu, investor harus membayar bunga pinjaman dan fee.
Di pasar forex, margin bukan merupakan fasilitas yang diberikan perusahaan pialang berjangka. Artinya, perusahaan pialang berjangka tidak perlu "menalangi" kebutuhan dana investor yang melebihi dana yang dimilikinya untuk berinvestasi. Konsep yang berbeda ini disebabkan pada perdagangan forex atau umumnya future market tidak memerlukan penyerahan (non -delivery) barang yang menjadi subjeknya misalnya saham. Margin dalam perdagangan forex merupakan uang jaminan yang disetorkan investor kepada perusahaan pialang berjangka, agar investor bisa melakukan transaksi melalui perusahaan pialang berjangka tersebut.
Harga pasar GBP 1 = USD 1.8850
Beli: USD 10,000 (1 lot)
Nilai transaksi : Rp. USD 18,850 (USD 10,000 x GBP 1.8850)
Initial margin : 1%
Dibutuhkan dana : USD 100 (1 % x USD 10,000)
Ketika harga pasar GBP 1 = USD1,8950
Jual: USD 10,000 (1 lot)
Diperoleh hasil: USD 18,950 (USD 10,000 x GBP 1.8950)
Keuntungan : USD 100 (USD 18,950 - USD 18,850)
Rate of Return: 100% (USD 100/USD 100 x 100%)
Di sini kita melihat investor melakukan open position dengan membeli 1 lot GBP (USD 10,000) dimana harga GBP adalah USD 1,8850. Dengan demikian, dana yang dibutuhkan adalah USD 18,850, atau investor harus menyetor dana sebesar itu sebagai modal transaksi 1 lot GBP. Tapi, karena perdagangan dilakukan dengan sistem margin, dan margin yang ditetapkan adalah 1% dari nilai kontrak, maka investor cukup menyetor modal USD 100 (1% x USD 10,000). Lalu dari mana dana yang USD 9,900? Karena dalam future trading tidak ada penyerahan maka tidak diperlukan kekurangan dana tersebut. Jadi untuk membeli GBP senilai USD 10,000 itu, investor cukup menyediakan dana USD 100. Sedang dalam perdagangan saham, untuk bisa bertransaksi saham senilai USD 100,000, investor harus menyetor margin USD 50,000. Kekurangannya USD 50,000 akan dipinjam dari perusahaan pialang saham.
Dalam UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, margin didefinisikan sebagai sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan nasabah kepada pialang berjangka, pialang berjangka kepada anggota kliring berjangka, atau anggota kliring berjangka kepada lembaga kliring berjangka, untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka. Margin disetorkan untuk setiap amanat nasabah yang ditempatkan kepada pialang berjangka. Hal itu bertujuan sebagai jaminan pelaksanaan transaksi kontrak berjangka yang dibuat berdasarkan amanat tadi.
Jenis-Jenis Margin
Meskipun dikatakan margin merupakan dana yang harus disetor oleh investor, namun jumlah setoran tersebut berbeda-beda untuk setiap jenis margin. Kalau begitu, ada banyak jenis margin? Memang demikianlah adanya. Berikut akan dibahas satu per satu jenis-jenis margin tersebut.
Initial margin/original margin. Dalam bahasa Indonesia initial margin biasa disebut margin awal, yaitu sejumlah uang yang disetor oleh investor pada saat pembukaan account. Jumlahnya sesuai kesepakatan awal yang dibuat antara investor dengan pialang berjangka, biasanya dinyatakan dalam persentase dari nilai kontrak. Dalam commodity future lazimnya initial margin ditetapkan berkisar 5 - 10% dari nilai kontrak. Besamya margin berbeda-beda sesuai dengan nilai kontrak, waktu, dan gejolak harga yang terjadi. Dalam perdagangan forex initial margin ditetapkan 1 % dari nilai kontrak. Jadi lebih kecil dari initial margin pada perdagangan komoditi berjangka. Karena dalam perdagangan forex nilai kontrak ada dua, yaitu size besar USD 100,000 dan size kecil 10,000 maka besar nilai initial margin pada perdagangan forex adalah USD 1,000 (Rp. 10.000.000) atau USD 100 (Rp. 1.000.000), jika kurs rupiah ditetapkan Rp. 10.000 per dollar AS.
Variation margin. Dalam bahasa Indonesia istilah yang digunakan adalah margin sela, yaitu merupakan tambahan margin yang disetor karena besaran margin selanjutnya telah berada dibawah besaran margin awal, sebagai akibat pergerakan harga yang berlawanan dengan yang diperkirakan semula.
Maintenance margin. Istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah margin minimum. Margin ini merupakan besaran nilai yang harus dijaga atau dipelihara oleh investor dalam melakukan transaksi. Umumnya margin minimum ini ditetapkan sekitar 75% - 80 % dari margin awal.
Margin Call. Jenis margin ini mirip dengan margin sela, yaitu Jumlah dana yang harus disetor kembali oleh investor. Hanya saja, dalam margin call setoran dana harus dilakukan jika dana yang outstanding sudah berada di bawah maintenance margin, bukan initial margin. Jika investor mendapat margin call berarti investor harus menambah dananya sampai ke level initial margin, kalau tidak dilakukan, posisinya akan ditutup oleh perusahaan pialang.
Perhitungan Transaksi Margin Trading
Meskipun margin memudahkan investor melakukan investasi, bukan berarti kemudahan itu merupakan keuntungan bagi investor. Artinya, kalau investor telah melakukan perdagangan dengan sistern margin pasti akan mendapat keuntungan. Ingat, margin trading merupakan cara perusahaan pialang berjangka untuk memperluas nasabahnya. Di sisi lain, bila investor memanfaatkan margin trading, berarti investor telah memutuskan melakukan investasi. Dengan investasi itu sudah melekat risiko yang harus ditanggungnya. Bahkan dalam literatur investasi, margin trading merupakan salah satu strategi investasi yang cenderung mendekati spekulasi. Sebab, jika terjadi kerugian investasi dengan sistem margin ini akan menciptakan nilai yang lebih besar dari investasi dengan sistem fisik/cash trading. Untuk itu, agar bisa memanfaatkan margin trading secara menguntungkan, diperlukan teknik perhitungan yang cukup rumit.
Untuk menjelaskan perhitungan itu, baiklah kita lanjutkan saja contoh yang sudah kita miliki itu dengan menambah data berikut:
1. Sehari kemudian GBP meningkat harganya menjadi USD 1.8950 dan investor menjual (berarti overnight/menginap)
2. Perusahaan pialang berjangka mengenakan fee USD5 per lot, untuk transaksi open buy saja
3. Bunga untuk GBP dengan posisi open buy adalah Rp. 5.612 per hari
Apa yang terjadi? Kini aset investor menjadi USD 18,950 (USD 10,000 x USD 1.8950). Namun, transaksi dengan margin trading menghasilkan keuntungan dan kerugian yang berbeda dengan transaksi cash trading. Pada transaksi margin trading keuntungan bersih yang diterima investor adalah USD 89,44, Sedang dengan sistem cash trading USD 100. Mana yang harus dipilih. Transaksi margin atau transaksi cash?
Hati-hati! Kalau kita memperhatikan nilai absolutnya, tentu kita akan menyarankan investor agar memilih transaksi cash, sebab nilai keuntungannya lebih besar. Tetapi ingat! Untuk menghasilkan keuntungan USD 100 dengan sistem transaksi cash itu, investor harus menanamkan uangnya sejumlah USD 18,850. Sebaliknya, untuk mendapatkan keuntungan USD 94,44 dengan sistem perdagangan margin, investor cukup menanamkan uang USD 100. Di sinilah pentingnya memahami ilmu keuangan.
Dalam teori keuangan terdapat indikator penting yang disebut rate of return on equity (ROE), yaitu seberapa besar pengembalian yang didapat dengan penanaman modal tertentu, yang dirumuskan sebagai keuntungan bersih dibagi modal. Dalam contoh kita, dengan margin trading investor akan mendapatkan ROE 94,44%, sedang dengan cash trading hanya mendapat ROE 0.53%. Jadi ROE margin trading lebih besar dari ROE cash trading, dengan demikian sangat menguntungkan kalau investor memilih transaksi dengan margin trading.
Bagaimanakah kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh investor? Kondisi demikian akan menguntungkan kalau investor mengetahui nilai tukar mata uang yang dibelinya akan menguat, dan peningkatan itu nilainya bisa menutup seluruh biaya, yang terdiri dari: fee, bunga dan pajak.
Apa yang terjadi, seandainya temyata nilai tukar GBP tidak menguat terhadap USD, sebaliknya malah melemah? Apakah masih menguntungkan melakukan transaksi dengan sistem margin trading? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita lanjutkan lagi contoh kita di atas.
Misalnya, setelah posisi beli diambil temyata GBP turun menjadi USD 1.8800. Dan setelah ditunggu satu hari (overnight), temyata GBP tetap saja di posisi itu. Dengan demikian kini aset investor tinggal USD 18,800. Bagaimana, dengan modal investor? Karena asetnya sudah menurun sebesar USD 50, maka modal investor tinggal USD 50 (USD 100 - USD 50). Bila seluruh biaya, fee dan bunga diperhitungkan, maka modal investor tinggal USD 44.44.
Apa yang terjadi dengan keadaan demikian? Bila investor ingin mempertahankan portfolionya, berarti investor harus menyetor modal lagi kepada perusahaan pialang berjangka, sebab perusahaan pialang berjangka memberikan fasilitas initial margin 1 % dari kontrak. Dengan demikian, dengan total nilai kontrak 1 lot (USD 10,000), maka modal investor harus USD 100. Karena modal yang tersisa tinggal USD 44,44, maka investor harus menyetor USD 55,56 (USD 100 - USD 44,44).
Kapan investor harus menyetor tambahan modal itu? Tergantung peraturan yang ada, dan juga ketentuan masing-masing perusahaan pialang berjangka. Ada perusahaan pialang berjangka yang mengirim tagihan tambahan modal (ini yang dimaksud ,margin call) setelah modal di bawah 30% dari initial margin. Ada pula perusahaan pialang yang baru mengirim tagihan tambahan modal setelah modal di bawah 25% dari initial margin. Dalam contoh kita, modal investor tinggal 44.44% (USD 44.44/USD 100 x 100%) dari initial margin untuk transaksi 1 lot. Jadi ada kemungkinan akan menerima surat tagihan tambahan modal atau terkena margin call, jika ketentuan perusahaan pialang tempatnya berinvestasi menetapkan margin call 50% dari nilai initial margin. Tapi jika margin call ditetapkan 30%, investor masih bisa mempertahankan posisinya, meskipun harus membayar bunga overnight. Namun, bila investor tidak bersedia lagi mempertahankan posisinya, dengan sendirinya perusahaan pialang berjangka akan melikuidasi posisi beli tersebut, yaitu menjual GBP milik investor.
Keputusan apa yang harus diambil investor? Memang tidak ada yang merencanakan investasi untuk mendapat kerugian, tetapi bila ini terjadi temyata yang melakukan transaksi dengan cash trading menderita kerugian lebih kecil, yaitu 0.27% dibanding yang melalui transaksi dengan margin trading, yang menderita kerugian 55.56%.
Jadi bila kondisi mata uang yang kita beli cenderung melemah, akan lebih aman melakukan transaksi dengan cash trading. Tapi ini tetap rugi. Jika tetap ingin mendapatkan keuntungan harus melakukan strategi short selling, mengambil posisi jual lebih dulu baru melikuidasinya dengan posisi beli.
Dalam posisi investor berpotensi merugi, seperti ditunjukkan kasus kedua di atas, ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan, yaitu perusahaan pialang berjangka melakukan margin call atau melikuidasi posisi investor. Jika yang kedua yang dilakukan, maka tamatlah riwayat posisi investor dan investor harus menanggung semua kerugian. Kerugian itu masih bisa dihindarkan jika investor memenuhi panggilan perusahaan pialang untuk menambah modal. Sebab, ada kemungkinan harga akan berbalik arah dan investor justru memetik keuntungan. Karena itu, sangat penting memperhatikan margin dan margin call dari perusahaan pialang.
Adapun manfaat dari margin dan margin call antara lain:
a. Margin memberikan investor kesempatan untuk mendapatkan leverage yang tinggi. Dengan initial margin yang hanya 1 % dari nilai kontrak yang sesungguhnya, memberikan peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan 100%.
b. Margin memberikan kepada investor fleksibilitas untuk memasuki posisi yang di dalam pasar tunai (cash trading) terlalu mahal Untuk bertransaksi di pasar saham, misalnya, seorang investor normalnya harus menyetor 100% modalnya untuk transaksi . Kalaupun mendapatkan fasilitas margin, maksimal hanya 50% dari kebutuhan modal. Dengan initial margin yang hanya 1%, investor forex online trading memiliki kesempatan untuk masuk posisi lebih mudah dan murah.
c. Bagi perusahaan pialang berjangka, maintenance margin dan margin call adalah faktor yang menentukan dalam memanajemen risiko. Karena investor akan diperingatkan, agar segera menyetor tambahan modal ketika posisinya berpotensi untuk merugi. Disamping itu, investor masih punya kesempatan meraih keuntungan, seandainya harga berbalik arah.
d. Margin call merupakan suatu panggilan untuk membangunkan investor agar bersikap realistis dalam bertransaksi, dan segera bertindak mengatur ulang posisi perdagangan mereka. Tanpa, mekanisme margin call, investor bisa lupa bahwa posisinya sedang dalam keadaan bahaya yang besar. Dengan demikian margin call berfungsi sebagai wake up call bagi investor, untuk segera bertindak mengambil keputusan yang cepat dan tegas, sehingga dapat mengurangi bahaya dari risiko yang sedang mengancam posisinya.
Strategi Margin Trading
Kita sudah sampai pada pembahasan mengenai bagaimana kita menghitung keuntungan atau kerugian dalam transaksi dengan sistem margin trading. Kali ini kita meningkat pada topik strategi menghadapi transaksi margin trading.
Dalam kasus posisi GBP menguat menjadi USD 1,8950, apa yang harus dilakukan investor? Melikuidasi? Menahan? Atau adakah keputusan lain? Dalam posisi demikian sebenarnya ada tiga strategi yang bisa diambil, yaitu :
1. Tidak mengambil keputusan apa-apa (hold/menahan).
2. Melikuidasi dan mengambil keuntungan bersih USD 95.
3. Melipatgandakan keuntungan dengan menginvestasikan kembali keuntungan yang diterima.
Jika investor mengambil keputusan pertama, berarti dia tidak mengubah portofolio. Keputusan demikian akan menghadapi dua kemungkinan. Pertama, GBP melemah dalam jangka waktu tertentu. Bila ini terjadi, investor bisa bertahan sampai harga mendekati USD1.8850 kembali, kemudian melakukan cut loss (memperkecil kerugian) sebelum merugi lebih besar. Sebenarnya investor masih bisa memetik keuntungan, jika berhasil melikuidasi pada harga tertentu-di atas USD 1.8850 (Jangan lupa perhitungkan fee, bunga dan pajak). Kemungkinan kedua, kurs GBP terus menguat. Kalau ini yang terjadi, investor bisa melakukan profit taking (memetik keun tungan) selama melakukan hold, dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan sebesar sesuai yang direncanakan.
Bila keputusan kedua yang diambil investor, berarti dia cukup puas dengan keuntungan USD 95 (tanpa menginap). Dengan keputusan ini investor menikmati ROE 95%. Keputusan ini cukup menguntungkan bila investor mempunyai cukup informasi bahwa GBP sulit untuk menguat lagi.
Bagaimana kalau investor mengambil keputusan ketiga? Keputusan ini memang bisa memperbesar keuntungan. Namun, sebagaimana kaidah investasi, semakin besar keuntungan semakin besas pula risiko yang harus dihadapi. Pemilihan keputusan menginvetasikan kembali keuntungan ini memang cocok bagi mereka yang, bersikap spekulan, atau risk taker. Strategi menginvestasikan kembali keuntungan memang berpotensi melipatgandakan keuntungan yang didapat. Strategi ini adalah menggunakan keuntungan yang diperoleh, untuk membeli lagi GBP atau mata uang lain.
Untuk memperjelas strategi ini, baiklah kita lanjutkan saja kasus yang dihadapi investor kita. Pada strategi ini berarti investor akan terus menginvestasikan keuntungannya. Pada saat awalnya, misalnya pada pukul 10.00 pagi, investor membeli 1 lot (USD 10,000) GBP, dengan harga USD 1,8850. Dengan demikian total aset investor adalah USD 18,850. Dengan margin trading 1%, berarti modal yang dibutuhkan USD 100.
Selanjutnya, pada pukul 13.00, harga GBP naik menjadi USD 1.8950. Pada posisi ini investor mengambil strategi menginvestasikan kembali keuntungannya, yaitu USD 95 (melikuidasi dengan menjual GBP, kemudian membeli kembali pada harga baru). Untuk memudahkan, hasil perdagangan ini kita sebut saja trade I. Laba dari trade I inilah yang digunakan untuk membeli GBP, yang sekarang harganya sudah USD 1,8950. Jadi investor menambah kepemilikan GBP sejumlah 1 lot lagi, menjadi 2 lot. Dengan demikian, total aset yang dimiliki investor sekarang adalah USD 37,900 (USD 20,000 x USD 1,8950).
Berikutnya, misalnya, pada pukul 15.00, kurs GBP meningkat lagi menjadi USD 1,9000. Apa yang terjadi jika investor tetap mempertahankan strategi menginvestasikan kembali keuntungannya?
Kali ini, dengan naiknya GBP sebesar USD 0.005 total aset meningkat menjadi USD 38,000. Jika investor melakukan likuidasi pada trade II ini keuntungan yang diterima investor adalah USD 100 (USD 38,000 - USD 37,900). Keuntungan pada trade II dinvestasikan kembali untuk membeli 1 lot GBP dengan harga USD 1.9000. Dengan demikian aset investor kini menjadi 3 lot (USD 30,000) dengan nilai USD 57,000 (USD 30,000 x 1.9000).
Misalnya, setelah ditunggu sampai penutupan pasar, kurs GBP ti¬dak naik. Tapi investor tetap menahan posisinya, sehingga harus menginap (overnight) dan dikenakan bunga 0.56%. Tapi pada pukul ll.00 hari berikutnya, investor mendapati kurs GBP naik menjadi USD 1,9050. Karena sudah mendapati GBP naik terus-menerus, investor kita berpendapat GBP akan segera melemah, dan me¬nurut hasil analisisnya memang menunjukkan demikian. Untuk mengantisipasi kondisi itu, investor melikuidasi posisinya dengan menjual seluruh 3 lot GBP pada trade III. Trade III ini memberi keuntungan USD150.
Dengan demikian, investor telah melipatgandakan modalnya dari USD 100 menjadi USD 443,32. Jadi, hanya dengan memulai investasi sebesar USD 100, investor bisa menjadikan jumlah uangnya menjadi 3 kali lipat lebih atau 300% lebih hanya dalam waktu 24 jam. Inilah hebatnya, strategi margin trading.